Dengan kondisi yang terjadi saat ini akibat dampak dari pandemic corona, secara otomatis dapat meningkatkan beban kerja pada penyedia layanan kesehatan di seluruh dunia. Diharapkan adanya teknologi baru untuk meminimalisir bebean kerja dari layanan kesehatan saat ini.
Ketika pandemic ini berakhir, semua sektor diharapkan akan kembali pulih seperti sedia kala. Perubahan pada teknologi kesehatan saat ini akan mengubah tatanan teknologi di dunia medis.
“Apa yang terjadi saat ini adalah masa depan dari dunia medis,” ujar Rich Bird, Healthcare and Life Sciences Strategist di Hewlett Packard Enterprise (HPE). “Dalam jangka waktu panjang, teknologi di bidang kesehatan akan meningkat secara siginifikan,” tambahnya. Apa yang terjadi saat ini bisa jadi langkah awal dalam membentuk layanan kesehatan berbasis teknologi tanpa batas.
Bagaimana perubahan dimulai
Penyakit pada pernapasan yang dikenal dengan COVID-19 ini disebabkan oleh virus novel, virus ini dapat menyebabkan kematian dengan penyebaran yang cukup cepat hanya dalam hitungan jam. Dalam beberapa bulan terakhir, virus ini sudah menginfeksi hampir semua negara di dunia dan membuat petugas medis kewalahan dalam menangani pasiennya.
Dapat dilaporkan petugas medis dari seluruh negara mengalami kelelahan dalam menangani pasien positif. Keterbatasan alat medis seperti ventilator, masker hingga petugas medis (dokter, perawat dan rumah sakit) menjadi masalah utama saat ini. Para peneliti mulai melakukan kolaborasi ditengah-tengah keputusasaan dalam menemukan obat atau vaksin.
Saat ini dunia sedang bersatu dalam menemukan solusi penyembuhan dari pandemic corona virus. Para peneliti masih memiliki waktu, energi dan sumber daya untuk membantu menangani masalah kesehatan yang sangat mendesak ini.
Untuk memberikan perawatan bagi pasien positif, teknologi telemedicine dapat membantu petugas medis dalam menangani pasien pandemic.
Kecanggihan teknologi telemedicine
Telemedicine tebukti jadi teknologi yang paling dibutuhkan saat pandemic ini, Federal Communication Commission dengan cepat mengembangkan dan menyutujui program untuk mendanai layanan dan perangkat teknologi telehealth sebesar $200 juta.
Rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan dapat memenuhi syarat hingga $1 juta di bawah program ini yang dimana program ini merupakan bagian dari UU CARES senilai $2 Triliun.
“Seperti yang kita ketahui, sistem perawatan kesehatan dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan penyedia layanan tanpa harus datang langsung ke rumah sakit,” kata Nicholas Lalla, co-founder and managing director of Tulsa Innovation Labs, yang merupakan pengembang ekonomi yang dipimpinan oleh George Kaiser Family Foundation dan telah menyumbangkan $4 miliar di Tulsa, Oklahoma.
Telemedicine sebagai teknologi baru untuk perawatan kesehatan di masa depan
Telemedicine dikembangankan berdasarkan peraturan dalam perawatan pasien dan beragam penyakit. “Secara konvensional, terapi fisik atau konsultasi selalu mengandalkan interaksi dan perawatan secara langsung oleh para perawat atau dokter, dikondisi saat ini telemedicine sangat berfungsi untuk meminimalisir kegiatan keluar rumah,” ujar Todd Norwood, PT, DPT, director of clinical services at Physera, a virtual telehealth company.
“Saya pikir sebelum melakukan terapi fisik dan konsultasi dapat ditanyakan lebih dulu kepada diri sendiri dalam mengelola risiko yang dihadapi,” tambah Norwood. “Terapi fisik telehealth menyediakan cara yang aman dan efektif bagi pasien untuk melanjutkan perawatannya dalam situasi saat ini. Sudah ada bukti kuat yang ditinjau oleh rekan-rekan sejawat, bahwa telehealth efektif untuk berbagai kondisi. Akhirnya kita menemukan cara untuk pasien dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan.”
Asuransi ikut beradaptasi
“Perusahaan asuransi besar seperti Unitedhealth Group Optum dan anggota dari Blue Cross Blue Shield telah mengimplementasi bantuan sementara untuk pembayaran asuransi bersama bagi layanan telehealth agar dapat dijangkau oleh masyarakat.” Tom Nix, CEO at Ria Health, sebuah aplikasi yang diperuntukan bagi kecanduan alcohol.
Beberapa negara bagian, seperti Georgia, praktik telemedis mulai tersebar. Akses ke penyedia layanan kesehatan kini ditawarkan secara online melalui aplikasi telepon apotek, penyedia layanan kesehatan tradisional, penyedia layanan gawat darurat dan perusahaan asuransi.
Di Indonesia sendiri, telemedicine sudah digunakan dalam beberapa tahun terakhir dengan melihat perubahan pola kehidupan manusia. Bahkan, WHO yang merupakan badan kesehatan dunia sudah memiliki divisi khusus berkaitan dengan bidang kesehatan digital.
Menurut WHO sendiri, ada 4 hal mendasar, yaitu:
- Dapat meningkatkan kualitas hidup dari sisi kesehatan
- Menjadi solusi terkait masalah jarak dan geografis
- Mendukung perawatan secara klinis
- Dapat berinovasi dengan teknologi terbaru.
Hadirnya telemedicine ini diharapkan dapat terus dirancang bukan untuk menggantikan dokter melainkan untuk pendamping perawatan yang semakin baik, efisien dan tepat tujuan. Walaupun masih ada pro dan kontra, peraturan dari sisi dokter dan pasien harus terus dimatangkan lagi untuk mendapatkan keuntungan baik dari sisi pasien maupun dokter.
Sumber:
hpe.com
www.sehatq.com