Oleh: Kodrat Wahyudi
Ketika virus penyebab COVID-19 menyebar ke seluruh planet ini, orang-orang mempertanyakan apakah pemerintah dan pejabat memiliki rencana yang tepat untuk menangani ancaman seperti ini. Sebetulnya kita masih memiliki jalan yang panjang untuk menghilangkan ancaman, penerapan ‘Social Distancing’ tampaknya bekerja dengan meratakan kurva.
Negara-negara lain seperti Cina berhasil menerapkan strategi tersebut berbulan-bulan sebelumnya. Bahkan negara itu telah menggunakan teknologi pintar sebagai cara untuk dengan mudah memonitor peraturan kota dan memberi penduduk pasokan, serta barang-barang yang mereka butuhkan saat mereka menjaga jarak.
Smart city memungkinkan kita untuk melayani sejumlah besar orang dalam waktu yang sangat singkat dengan menggunakan sensor data untuk mengumpulkan dan memproses informasi. Para pemimpin dan ilmuwan kemudian dapat menggunakan data ini untuk melacak penyakit, mensurvei warga yang terinfeksi, dan membuat prediksi tentang perilaku manusia.
Pada tahun 2050, diperkirakan lebih dari dua pertiga populasi di planet ini akan tinggal di kota. Ini akan membuat perencanaan kota menjadi lebih penting bagi generasi mendatang, karena mereka bersiap untuk melindungi diri dari pandemi di masa depan.
Software Pelacakan Penyakit
Software pelacak penyakit memungkinkan pejabat kota dan ilmuwan melacak penyebaran virus secara real-time melalui kecerdasan buatan. Jadi bagaimana cara kerjanya?
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat digunakan untuk mengumpulkan data publik dan informasi dari ribuan database, serta berbagai sumber lainnya. Data ini digunakan untuk melacak penyebaran virus dan secara signifikan meningkatkan waktu respons
Robot Delivery
Dikarenakan bahayanya virus dan kemampuannya untuk menyebar secara cepat, banyak negara memerintahkan warganya untuk mempraktikkan ‘Social Distancing’. Dalam artian tidak berkumpul dalam kelompok dan menghindari tempat ramai. Hal ini mengharuskan warga untuk tetap tinggal di rumah mereka.
Namun, kenyataannya masih banyak pengemudi delivery dan toko bahan makanan yang bekerja lembur dalam kondisi berbahaya untuk memenuhi pesanan dan mengikuti permintaan. Akan tetapi, hal ini akan berkurang secara signifikan di kota-kota pintar (smart cities) karena layanan pengiriman robot menjadi lebih tersedia.
Smart city dapat memprioritaskan distribusi obat-obatan, makanan, dan barang-barang lainnya melalui pengiriman mandiri. Kota-kota yang telah mengadopsi robot dan layanan pengiriman otonom seperti drone dan mobil tanpa pengemudi dan truk akan memiliki waktu yang lebih mudah untuk memindahkan makanan dan pasokan selama pandemi.
Layanan geolokasi
Geolokasi data memiliki kemampuan untuk memprediksi perilaku manusia dalam sekejap. Ponsel Anda kemungkinan melacak pergerakan Anda sangat instan, jadi mengapa tidak menggunakan fitur pelacakan data ini untuk membantu memperlambat penyebaran coronavirus dan pandemi lainnya?
Data seperti waktu makan dan belanja yang populer. Hal ini dapat memberi para pejabat kota wawasan, tentang bagaimana mereka harus membuat rencana dan menyusun tata cara mereka untuk pandemi di masa depan.
Drone Pengawas
Di kota Wuhan, drone mampu menggantikan petugas polisi di darat untuk menegakkan perlindungan di beberapa tempat. Bahkan Italia pun melakukan pengawasan dengan menggunakan pesawat tanpa awak untuk memperingatkan warga di jalan-jalan dan tetap menerapkan Social Distancing.
Pengawasan Termal (Suhu Panas)
Memang keandalannya masih diperdebatkan, tetapi kamera termal dirancang untuk mengukur suhu tubuh individu saat mereka lewat, untuk memeriksa siapa saja yang demam. Beberapa dari kamera termal ini juga dilengkapi dengan software pengenal wajah (facial recognition).
Cina memiliki kamera termal yang dipasang di sudut-sudut jalan sehingga jika seorang warga mengalami demam, penegak hukum dapat dipanggil dan merespons dengan cepat. Salah satu gejala COVID-19 yang pertama dan paling umum adalah demam. Kamera termal adalah teknologi pintar yang dapat diimplementasikan.
Smart Energy
Selama masa pandemi, salah satu kekhawatiran terbesar orang adalah menggunakan energi. Menemukan cara untuk memberi daya pada kota dan menyediakan energi di masa krisis akan menjadi kunci bagi smart city selama pandemi di masa depan.
Energi di masa depan akan menuju ke arah yang sama sekali berbeda dari yang ada di masa lalu. Alih-alih memiliki sejumlah kecil pabrik besar untuk mendistribusikan energi, pabrik di masa depan akan diskalakan lebih kecil dan dalam jumlah yang lebih tinggi. Sehingga energi akan berjalan di tingkat lokal, memungkinkan setiap orang untuk menghasilkan energi.
Energi menjadi sesuatu yang bisa kita kontrol melalui internet. Berbagai peralatan akan segera dirancang dengan interkonektivitas. Ini berarti peralatan itu sendiri menggunakan sistem digital, sehingga kita memiliki kendali penuh atas bagaimana energi disimpan dan digunakan di setiap alat. Dengan begitu, tiap bangunan juga akan merasakan hematnya daya.
Kemampuan Internet
Cara kita berkomunikasi dan memperbaiki informasi telah berubah karena dunia digital yang terus berkembang. Misalnya, televisi adalah perubahan besar bagi orang-orang karena mereka bisa mendapatkan berita dalam hitungan jam. Sekarang Anda bisa mendapatkan pembaruan dan berita hanya beberapa detik setelahnya dan itu terjadi dengan menggunakan media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook.
Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi 15 tahun yang lalu. Ketika orang bisa mendapatkan informasi secepat itu, dan di telapak tangan mereka. Sebagian besar kota sudah memiliki wi-fi di banyak gedung dan restoran selama hampir satu dekade, tetapi bersiaplah untuk mendapatkannya di mana pun Anda pergi di smart city.
Untuk orang-orang yang lebih tua atau mereka yang tidak dapat membeli perangkat pintar, banyak kota memiliki kios pintar yang tersebar. Ini dapat diperbarui secepat smartphone sehingga informasi dapat dibagikan ke orang-orang yang membutuhkannya.