Bagaimana Memperluas Jaringan Teknologi Kesehatan Rumah Sakit di Masa Pandemi?

 

Hingga januari ini pandemi COVID-19 semakin berkembang khususnya di Indonesia. Pemerintah kembali menegakkan penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk tetap di rumah dan membatasi pertemuan-pertemuan yang bertujuan untuk memperlambat penyebaran virus. Tetapi kekhawatiran tentang kapasitas rumah sakit dan kekurangan tenaga medis semakin meningkat.

 

Rumah sakit dan klinik harus terus mengoptimalkan sumber daya dan menyederhanakan proses untuk melindungi para tenaga medis, tidak hanya itu tenga medis diminta untuk memberikan perawatan pasien terbaik dan mendukung kesehatan masyarakat.

 

Resilient healtcare organiztions menemukan cara baru untuk mendiagnosis dan merawat pasien di luar rumah sakit, termasuk lokasi pop-up testing dan perawatan telehealth. Nah, berikut ini ada ada 4 cara teknologi IoT dapat membantu tenaga medis dan pemerintah dalam menurunkan kurva pertambahan virus corona.

 

Tenda triase, pengujian drive-through, dan lokasi perawatan dengan konsep pop-up location (semi permanen)

 

Banyak layanan rumah sakit yang sudah melebihi  dari kapasitasnya. Pemerintah daerah, apotek dan perusahaan rumah sakit telah membuat bangunan semi permanen atau tenda temporary khusus untuk proses penanganan triase.

 

Para staf rumah sakit mengandalakan Wireless on Wheels, tablet, scanners dan video cameras untuk merawat pasien. Tetapi kapabilitas jaringan di lokasi-lokasi tersebut sering diabaikan meskipun rumah sakit membutuhkan kecepatan, konektivitas, keamanan dan kinerja alat medis yang tinggi. Lokasi bangunana semi permanen ini sering kali diminta untuk mengelola data penting pasien dan harus sesuai dengan peraturan privacy dan keamanan.

 

Network engineers harus memprioritaskan konektivitas yang aman dan stabil untuk perangkat IoT dan memusatkan visibilitas dan analitik di seluruh jaringan perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi jika timbul ancaman keamanan dalam bentuk apapun. Karena jaringan perawatan kesehatan lebih terdistribusi dari biasanya, mitigasi ancaman secara otomatis dapat memabantu memaksimalkan sumber daya IT sambil menjaga operasi medis.

 

Telemedicine dan konsultasi jarak jauh

 

Hampir setiap bisnis di seluruh dunia sudah beralih ke remote work untuk meminimalisir penyebaran COvid-19, termasuk rumah sakit.

 

Institusi rumah sakit mulai beralih ke telehealth, mendirikan remote nurse call center dan protocol pemantauan pasien dari jarak jauh. Sehingga staf klinis dapat mengevaluasi pasien dari jarak jauh dan secara efisien menjawab pertanyaan medis secara langsung. Ini memungkinkan pasien dengan gejala ringan untuk menerima perawatan medis tanpa harus keluar rumah. Perangkat IoT seperti thermometer yang terhubung dan blood pressure cuffs digunakan untuk pemantauan pasien dan perawatan berkelanjutan.

 

Dengan meningkatnya layanan telehealth, maka penting untuk meninjau kembali cara menjaga konektivitas jaringan pada keadaan yang paling penting. Bagi IT manager, merancang dan menerapkan strategi perawatan telemedicine dapat mengidentifikasi infrastruktur yang diperlukan. Selain itu juga dapat mengkomunikasikan tantangan dalam membangun proses yang sesuai pada fase design, hingga mengurangi masalah konektivitas dan dukungan teknologi IoT.

 

Occupancy management dan re-entry technology

 

Bisnis juga menggunakan teknologi IoT untuk membantu menjaga kemanan karyawannya saat mereka kembali bekerja. Selain protocol 3 M (memakai masker, mencuci tangan/handsanitizer dan menjaga jarak), dan pemeriksaan suhu, teknologi IoT berpotensi membantu memfasilitasi karyawan saat kembali ke lingkungan kerja nanti.

 

Misalnya, thermal imaging, wireless devices dan location analytics dapat membantu tim IT mengelola social distancing yang aman di tempat kerja. Jika terjadi peningkatan traffic pejalan kaki, sistem akan memberikan notifikasi kepada pejalan kaki, memberi tahu manajemen dan menghadrikan komunikasi di dalam perusahaan secara otomatis. Ini dirasa akan membantu perusahaan untuk mematuhi peraturan dan protocol kesehatan hingga mengingatkan karyawan untuk terus melakukan social distancing.

 

Memberdayakan perawatan pasien dan kesehatan masyarakat pasca pandemi

 

Meskipun teknologi IoT digunakan dengan cara yang inovatif dan berdampak besar untuk merespons pandemi COVID-19, teknologi IoT akan effektif jika didukung oleh infrastruktur jaringan yang tepat. Beradaptasi dengan pandemi diibartkan seperti lari marathon, butuh kecepatan yang tinggi.

 

Perusahaan harus cepat berinvestasi dalam solusi jaringan yang fleksibel berbasis cloud untuk beradaptasi dan menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Karena pasien Covid-19 terus meningkats di semua rumah sakit saat ini. IT manager perlu memikirkan kembali cara menerapkan dan memperkuat teknologi IoT untuk meningkatkan efisiensi sehingga tenaga medis dapat fokus pada hal yang dianggap krusial sembari memastikan kesehatan dan keamanan.

 

Melihat bayaknya perubahan layanan pada kesehatan, PT Berca Hardayaperkasa (BHp) bersama PT Cisco System Indonesia berkomitmen mendukung penuh perawatan kesehatan yang berkualitas dan aman melalui teknologi canggih.

 

Sebagai dukungan ini, BHp dan Cisco menyelenggarakan Berca Live Webinar dengan tema “Pushing the Boundaries of Technology and Healtcare”. Webinar akan dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2021 pukul 10.00-12.00 WIB.

 

Untuk registrasi silahkan kunjungi di sini.

 


 

Penutup

 

Berca Hardayaperkasa juga menjadi partner resmi dari puluhan perusahaan IT terkemuka di Indonesia maupun dunia seperti, HPE Indonesia, HPI Indonesia, Dell EMC Indonesia, Huawei Indonesia, Lenovo Indonesia, VMWare Indonesia, Veritas Indonesia, Cisco Indonesia, Veaam Indonesia, Hitachi Data System Indonesia, Hitachi Vantara Indonesia, HDS Indonesia, NetApp Indonesia, Oracle Indonesia, Keysight Indonesia, Datacard Indonesia, AWS Indonesia, Fortinet Indonesia, Nutanix Indonesia dan Sophos Indonesia.