Teknologi jaringan seluler generasi kelima (5G) tidak hanya menyajikan performa yang cepat dalam hal mengunduh konten, tetapi ada juga sejumlah aplikasi lain yang dapat dilakukan oleh jaringan 5G. Di mana tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang dalam melakukan aktivitas atau bisnis sehari-hari. Mulai dari Internet of Things (IoT) hingga Artificial Intelligence (AI).
Kehadiran jaringan 5G di Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital di masa mendatang, dimana Indonesia diharapkan menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045. Transformasi digital menjadi elemen penting bagi perusahaan dalam mempercepat pertumbuhan untuk beralih dari resources-driven economy menjadi ekonomi berbasis pengetahuan dan digital. Mulai dari smart factory, menjadi ibu kota berbasis AI di Kalimantan dan sektor pertanian berbasis digital, hingga industri IoT, Indonesia memiliki potensi menjadi pasar 5G terbesar di Asia Tenggara.
Namun demikian, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam penerapan teknologi 5G, terutama pada ketersedian spectrum yang dirasa lambat, ketidaksesuaian smartphone yang ada, dan kemungkinan perang harga antar operator telekomunikasi. Negara-negara lain di Asia-Pasifik sudah mulai membebaskan spectrum mid-band dan sedang proses untuk menerapkan penggunaan 5G secara komersil.
Untuk Indonesia, 5G diproyeksikan mencapai 5 persen dari total koneksi internet pada tahun 2025, terendah di antara negara-negara Asia-Pasifik lainnya, India diprediksi sebesar 7 persen, Singapura 34 persen dan Korea Selatan memimpin 67 persen, menurut laporan dari GSMA Mobile Economy Asia Pacific 2020.
Indonesia membentuk satuan tugas untuk mempercepat adopsi 5G di Tanah Air, setelah menjajal 5G di Asian Games pada 2019 lalu dan banyak kesempatan lain yang dipimpin oleh perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana membebaskan 1.880 megahertz (MHz) spectrum untuk mengaktifkan 5G, yang tercakup dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2040. Jika spectrum 5G diluncurkan antara 2021 dan 2023, teknologi tersebut akan menambah Rp 2,8 Kuadraliun (US $197,96 miliar) terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2030, menyumbang 9,3 persen dari produk domestic (PDB), menurut sebuah studi oleh Lembaga Afiliasi Industri dan Riset Teknologi (LAPI-ITB). Teknologi tersebut juga dapat menciptakan 4,4 juta pekerjaan dan meningkatkan produktivitas menjadi Rp 9,4 juta PDB per kapita dalam decade selanjutnya.
Untuk perusahaan sendiri dapat berkontribusi 18 hingga 22 persen untuk pertumbuhan incremental revenue ketika setiap individu dapat berkontribusi 6 hingga 9 persen, menurut sebuah studi oleh A.T. Kearney. Antara $ 4 miliar dan $ 6 miliar investasi harus dilakukan setiap tahun dari 2020 hingga 2025 untuk membuka potensi ini.