Oleh: Kodrat Wahyudi
Setidaknya ada dua golongan professional dalam menanggapi hadirnya teknologi AI, yakni devotees dan doomsayers. Para devotees (golongan yang “memuja”) mengikuti AI secara membabi buta. Mereka percaya ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah bisnis apa pun. Para Doomsayers (golongan yang masih terus meramalkan bakal seperti apa AI ke depan), dengan keras mengklaim bahwa robot akan mengambil alih umat manusia. Setidaknya, inilah 5 pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan pada kita sendiri sebelum melakukan investasi AI berikutnya.
- Apakah sudah terbukti? Kalau sudah ada, dimana buktinya
Para profesional Business Development AI telah menyempurnakan keahlian mereka. Untuk menentukan apakah ada substansi, Anda harus mendalami algoritma Machine Learning yang akan anda aplikasikan. Ujilah dan pelajari tentang kapabilitas AI baru di lingkungan lab kita sendiri dengan menjalankan testing dan melakukan PoC. Ini adalah pekerjaan investigasi yang sangat membosankan, memakan waktu, dan menghabiskan banyak sumber daya. Tapi itu akan meletakkan fondasi yang kuat dan melindungi investasi Anda di masa depan.
- Apakah nilai kepuasan pelanggan bertambah dengan adanya AI?
Untuk memberikan added-value, kita perlu membuat produk / layanan kita lebih baik, lebih cepat, atau lebih murah. Sesederhana itu! Identifikasi sumber nilai sebenarnya dari AI. Perlulah dilakukan testing bukan hanya dengan PoC, tetapi juga perhitunga cost secara cermat dan teliti.
- Bagaimana AI akan memberikan keuntungan bagi end-customer?
AI akan menciptakan business value yang luar biasa. Pertanyaannya, apakah value tersebut akan kita share kepada customer dengan mudah? Baguslah untuk menggunakan kemampuan AI untuk mengidentifikasi ROC, melacak sentimen konsumen, dan membangun loyalitas mereka jangka panjang. Tanpa keterhubungan yang kuat dengan pengalaman pelanggan, kemampuan AI kemungkinan akan terbatas dalam domain teknologi dan berjuang untuk menyelaraskan dirinya dengan tujuan bisnis perusahaan. Ukurlah dampak hadir dan kecakapan AI baru ini pada metrik pengalaman pelanggan seperti tingkat keluhan, skor kepuasaan pelanggan, atau skor upaya pelanggan sejauh ini. Pengukuran tersebut akan membantu mengevaluasi dampak nyata dari adopsi AI bagi pelanggan Anda.
4. Dapatkah implementasi AI ini dieksekusi oleh semua pihak?
Langkah pertama adalah investasi untuk proses edukasi mengenai Data Science dan Machine Learning. Kedua, menetapkan proses komprehensif untuk mendapatkan dukungan eksekutif, memanfaatkan budaya yang didorong inovasi, dan mengembangkan tata kelola AI. Terakhir, perkembangan teknologi yang cepat harus diimbangi dengan sikap futuristik. Sikap itu adalahh kemampuan untuk menerapkan kerangka kerja Big Data dan toolkit Machine Learning yang kuat namun ramah pengguna untuk memungkinkan pembuatan dan implementasi produk yang mendukung.
5. Inikah saat yang tepat?
Jika semua pertanyaan di atas terjawab dengan “ya”, mungkin akan tetap terasa sulit untuk menilai apakah ini saat yang tepat untuk ikut serta dalam penerapan AI. Sedikit saran sederhana. Jika AI dapat meningkatkan kompetensi inti organisasi kita dan membantu mengembangkan keunggulan kompetitif jangka panjang yang tak ada bandingannya, implementasi AI dapat kita lanjutkan. Jika AI hanya dapat meningkatkan sedikit kompetensi periferal, ROI pada usaha AI baru ini – kemungkinan besar akan mengecewakan. Dalam kasus seperti itu, mungkin bijaksana untuk menunggu siklus hype AI berlalu dan mencapai kematangan untuk adopsi bisnis arus utama. Semoga dengan menjawab 5 pertanyaan sederhana yang masuk akal ini akan membuat kita aware terhadap sindrom ‘Shiny New Thing’ dan mengantar kita untuk terus mengembangkan kemampuan AI yang inovatif untuk bisnis kita.
Penutup
Berca Hardayaperkasa juga menjadi partner resmi dari puluhan perusahaan IT terkemuka di Indonesia maupun dunia seperti, HPE Indonesia, HPI Indonesia, Dell EMC Indonesia, Huawei Indonesia, Lenovo Indonesia, VMWare Indonesia, Veritas Indonesia, Cisco Indonesia, Veaam Indonesia, Hitachi Data System Indonesia, Hitachi Vantara Indonesia, HDS Indonesia, NetApp Indonesia, Oracle Indonesia, Keysight Indonesia, Datacard Indonesia, AWS Indonesia, Fortinet Indonesia, Nutanix Indonesia dan Sophos Indonesia. Untuk Informasi lebih lanjut mengenai IoT, dapat hubungi kami di sini.