FIFA World Cup 2022 Qatar akhirnya mencapai final dengan kemenangan Argentina atas Perancis 4-2 melalui tendangan pinalti. Duel yang berlangsung di Stadium Lusail pada Minggu (18/12/2022) ini berlangsung menegangkan dengan skor imbang 3-3 hingga babak extra time berakhir.
Bagi Argentina sendiri ini adalah piala dunia ketiga sepanjang sejarah, jika sebelumnya Argentina mencetak sejarah pertama kali pada tahun 1978 dan disusul pada tahun 1986 dan kemudian tahun 2022.
Jika melihat pertandingan FIFA World Cup 2022 tahun ini dipenuhi dengan berbagai kemudahan teknologi dalam mendukung jalannya permainan. Mulai dari teknologi AI, cooling system, semi-automated offside, dan lainnya.
Tapi, jika melihat sejarah sebelumnya, video analysis menjadi teknologi pertama yang digunakan pada pertandingan FIFA World Cup 1980. Kemampuan untuk menonton ulang pertandingan dan menganalisis pergerakan pemain memungkinkan pelatih dan pemain untuk melihat permainan dari sudut yang berbeda.
Diadaptasi dari teknologi dalam game yang mampu mengontrol cara permainan hingga memantau kesehatan dan keterampilan para pemain. Pada Piala Dunia 2022 beberapa kemajuan teknologi terbaru dipamerkan, termasuk teknologi pada bola yang digabungkan dengan teknologi terbaru FIFA, yaitu Semi-automated Offside Technology (SAOT).
Sensor pada Soccer Ball
Bola yang digunakan pada World Cup berisi sensor ringan di dalamnya, yang telah diuji selama enam tahun sebelum menerima sertifikasi FIFA. Pengenalan teknologi baru pada Piala Dunia FIFA 2022 yang berlangsung di Qatar kemarin telah membuat pertandingan menjadi lebih menarik.
Melihat kemenangan Portugal atas Uruguay 2-0 di FIFA World Cup 2022 Qatar beberapa waktu lalu, membuat dunia olahraga dan media social diramaikan dengan “hair goal” Cristiano Ronaldo.
Pertandingan yang disponsori oleh Adidas mengungkapkan bahwa built-in sensor gagal untuk mendeteksi dugaan “hair goal”. Menurut Connected Ball Technology, and high precision 500HZ IMU sensor, Ronaldo tidak melakukan kontak dengan bola karena tidak ada kekuatan eksternal yang diukur.
Video Assistant Referees (VAR)
Teknologi ini sudah diuji selama Piala Dunia 2018 dan terus dikembangkan untuk digunakan pada pertandingan tahun ini. Pihak FIFA menjelaskan bahwa sistem tersebut bergantung pada tracking camera yang ditempatkan di bawah atap stadium untuk melacak bola berisi sensor dan melacak 29 data points pada tubuh setiap pemain selama 50 kali per detik.
Artificial intelligence system akan diberi data point yang mampu melacak anggota tubuh pemain dan lokasi bola. Tentu saja teknologi ini sangat membantu wasit membuat keputusan akurat apakah terjadi offside atau tidak. Wasit akan dihubungi oleh tim di ruang video operation melalui automated alert, kemudian tim akan memvalidasi keputusan sebelum memberi tahu wasit.
Stadium cooling
Pihak berwenang mengandalkan sistem pendingin (cooling system) tercanggih. FIFA mengklaim bahwa stadium dirancang oleh Saud Abdulaziz Abdul Ghani yang juga dikenal sebagai ‘Dr. Keren’ seorang professor terkenal di Qatar. Pipa dan ventilasi stadion dibuat untuk menarik udara masuk, mendinginkan, menyaring, dan kemudian mendorongnya keluar lagi. Menurut tim official, proses tersebut akan menghasilkan gelembung dingin di dalam stadion, di mana sensor akan memabantu mengatur suhu.
Suhu stadium dijaga antara 64 dan 75 derajat Fahrenheit atau 18 dan 23 derajat Celsius dengan menggunakan isolasi dan metode technology driven yang disebut ‘spot cooling’, ini memungkinkan suhu dingin terjaga di lokasi di mana pemain berada.
Kamera dan algoritma
Menurut pejabat Qatar yang berkerja sama dengan Agence France-Presse pada bulan Agustus, command dan control center di Qatar mengandalkan lebih dari 15.000 kamera untuk memantau pergerakan individu selama pertandingan.
Ada kamera di setiap delapan stadium Qatar. Teknologi facial recognition digunakan untuk melacak para penggemar bola di Stadium Lusail yang mampu menampung lebih dari 80.000 dan menjadi tuan rumah di pertandingan final FIFA World Cup 2022 kemarin.
Selain itu, algoritma digunakan untuk mencegah terjadinya kekacauan di dalam stadium, seperti yang menewaskan lebih dari 130 orang pada pertandingan sepak bola di Indonesia bulan lalu. Algoritma ini bekerja berdasarkan berbagai data points, seperti penjualan tiket dan titik pintu masuk, juga digunakan oleh command dan control untuk memprediksi pola keramaian.
Empat teknologi tersebut tentunya sangat membantu kelancaran FIFA World Cup 2022 Qatar untuk mengontrol hampir setiap aspek permainan, lingkungan stadium, hingga karakteristik pola kepadatan pengunjung.