Di Jepang, tahun baru dimulai dengan bencana saat gempa bumi berkekuatan 7,5 SR menghantam semenanjung Noto di tepi barat negara itu pada hari Senin. Puluhan gempa susulan, banyak yang berkekuatan antara empat hingga enam SR, mengguncang di dekat pusat gempa dalam beberapa jam setelahnya, dan para ilmuwan memperingatkan bahwa gempa susulan akan terus terjadi dalam beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tsunami besar untuk sebagian besar prefektur Ishikawa, tempat terjadinya gempa, namun kemudian menurunkannya menjadi peringatan. Hingga Selasa sore, setidaknya 55 orang dikonfirmasi telah meninggal dunia.
Jepang telah berinvestasi besar-besaran dalam bangunan tahan bencana dan sistem peringatan gempa selama beberapa dekade terakhir. Namun, yang menjadi pusat perhatian adalah kesiapsiagaan gempa bumi adalah bidang penelitian yang paling kontroversial di bidang ini: memprediksi kapan gempa akan terjadi. Banyak ilmuwan telah lama menganggap prakiraan gempa bumi sebagai sesuatu yang mustahil-atau paling banter mereka mendekatinya dengan optimisme yang sangat tinggi.
Bahkan baru-baru ini pada tahun 2013, “topik prediksi gempa bumi dianggap tidak serius, berada di luar ranah penelitian utama seperti perburuan Monster Loch Ness,” tulis ahli seismologi Allie Hutchison untuk MIT Technology Review. Dan Survei Geologi AS menyatakan bahwa “baik USGS maupun ilmuwan lain tidak pernah memprediksi gempa bumi besar.”
Namun, dengan adanya kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan (AI), beberapa peneliti telah mempelajari apakah hal tersebut dapat berubah. “Saya tidak bisa mengatakan kita akan melakukannya, tetapi saya lebih berharap kita akan membuat banyak kemajuan dalam beberapa dekade,” kata Paul Johnson, seorang ahli seismologi yang bekerja dengan pembelajaran mesin di Los Alamos National Laboratory, kepada Matthew Berger dari majalah Smithsonian pada tahun 2019. “Saya lebih berharap sekarang daripada sebelumnya.”
Musim gugur yang lalu, para peneliti di University of Texas di Austin meningkatkan harapan untuk prediksi gempa bumi dengan uji coba selama tujuh bulan di Tiongkok. Dalam penelitian mereka, yang diterbitkan di Bulletin of the Seismological Society of America pada bulan September, sebuah algoritme A.I. dengan tepat memprediksi 70% gempa bumi satu minggu sebelum gempa bumi itu terjadi. Tim peneliti melatih kecerdasan buatan ini dengan rekaman seismik selama lima tahun, lalu memintanya untuk menemukan gempa yang akan datang berdasarkan aktivitas seismik yang sedang terjadi.
Hasilnya adalah ramalan mingguan di mana AI berhasil memprediksi 14 gempa bumi dalam jarak sekitar 200 mil, atau 320 kilometer, dari tempat yang diperkirakan akan terjadi dan dengan kekuatan yang hampir sama persis dengan yang diperhitungkan, demikian ungkap para peneliti dari University of Texas (UT) di Austin, Amerika Serikat.
Selain itu, pembelajaran mesin (Machine Learning) dapat membantu para ahli seismologi mendeteksi pola-pola tersembunyi dalam data atau mengumpulkan lebih banyak data untuk menginformasikan prakiraan gempa bumi dengan lebih baik, tulis Hutchison untuk MIT Technology Review. Sebagai contoh, beberapa peneliti menunjukkan bagaimana AI. dapat menggunakan rekaman dari situs seismik tertentu untuk mengantisipasi magnitudo gempa bumi. Satu tim telah membangun dan melatih jaringan saraf untuk memprediksi di mana gempa susulan akan terjadi setelah gempa pertama. Dan tim lainnya menggunakan pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi dan mengekstrak gelombang seismik-getaran yang merambat melalui bumi selama aktivitas tektonik-dari rekaman suara gemuruh di dalam tanah.
Menurut Kelompok Fokus Organisasi Meteorologi Dunia tentang AI untuk Manajemen Bencana Alam, gempa bumi menyumbang 21,8 persen dari semua bencana alam yang menggunakan model AI untuk tujuan pengurangan risiko antara tahun 2018 dan 2021. Dan semakin banyaknya penelitian tentang prediksi gempa bumi meningkatkan harapan para ilmuwan bahwa lebih banyak terobosan yang dapat dilakukan.
Apakah kamu sudah bersiap menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) ini? Tim Berca siap memberikan informasi mengenai teknologi ini dengan hubungi Marketing@berca.co.id atau WhatsApp Berca.