Ancaman Kehilangan dari Dalam Perusahaan, Terapkan Keamanan Siber dari Manusia

keamanan siber

Di era digital saat ini, ketahanan siber tidak hanya berfokus pada ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam organisasi. Ancaman internal—baik yang disengaja maupun tidak—menjadi tantangan signifikan bagi perusahaan yang berupaya mempertahankan keamanan data mereka. Artikel ini membahas faktor manusia dalam ketahanan siber dan memberikan strategi untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktor internal.

 

Ancaman Insider yang Semakin Mengkhawatirkan

Meskipun serangan siber eksternal seperti ransomware, phishing, dan malware sering menjadi sorotan, ancaman dari dalam organisasi diam-diam menjadi perhatian utama. Menurut Veritas, lebih dari setengah insiden siber disebabkan oleh kesalahan manusia atau tindakan jahat dari dalam organisasi. Karyawan baik karena kelalaian, kurangnya kesadaran, atau niat jahat—dapat membuka celah bagi pelanggaran keamanan yang serius.

Ancaman dari dalam bisa muncul dalam berbagai bentuk:

  • Kelalaian: Karyawan secara tidak sengaja salah menangani data atau menjadi korban penipuan phishing.
  • Niat Jahat: Karyawan yang tidak puas dengan sengaja membocorkan informasi sensitif atau merusak sistem.
  • Kebiasaan Siber yang Buruk: Penggunaan kata sandi lemah, penyalahgunaan kredensial, dan penanganan data sensitif yang tidak tepat.

Kesalahan Manusia

Tidak peduli seberapa canggih sistem keamanan siber, elemen manusia sering kali menjadi titik lemah. Dari membuka email mencurigakan hingga membagikan kredensial login, tindakan karyawan dapat membahayakan organisasi. Namun, masalah ini lebih dari sekadar kegagalan teknis. Kurangnya kesadaran siber, pelatihan yang buruk, dan kebijakan yang usang turut berkontribusi pada kesalahan manusia.

Contohnya, karyawan bisa saja:

  • Mengklik tautan phishing yang menginfeksi seluruh jaringan dengan malware.
  • Menggunakan kata sandi lemah yang mudah ditebak, memudahkan peretas untuk menembus sistem.
  • Membiarkan perangkat tidak terkunci di tempat umum, mengekspos data sensitif.

 

Memperkuat Ketahanan Siber dari Dalam

Untuk mengatasi faktor manusia, perusahaan perlu membangun budaya ketahanan siber yang dimulai dari individu di balik layar. Berikut adalah strategi utama untuk mengurangi risiko internal:

  1. Pelatihan dan Kesadaran Karyawan

Keamanan siber bukan hanya tanggung jawab departemen IT—setiap karyawan memiliki peran. Pelatihan rutin dapat membekali staf dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menghindari ancaman siber. Karyawan harus memahami pentingnya kebersihan siber, seperti menggunakan kata sandi yang kuat, mengenali upaya phishing, dan mematuhi protokol penanganan data.

 

  1. Arsitektur Zero-Trust

Menerapkan kerangka kerja keamanan zero-trust memastikan bahwa tidak ada orang di dalam atau di luar organisasi yang dipercaya secara default. Dengan terus memverifikasi identitas pengguna dan membatasi akses data berdasarkan peran, perusahaan dapat mengurangi risiko ancaman internal.

 

  1. Perencanaan Respons Insiden

Persiapan menghadapi pelanggaran potensial sama pentingnya dengan pencegahan. Perusahaan harus memiliki rencana respons insiden yang komprehensif, termasuk pedoman jelas tentang cara mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi pelanggaran—terutama yang melibatkan aktor internal.

 

  1. Audit dan Pemantauan Rutin

Pemantauan perilaku karyawan dan akses data secara terus-menerus dapat membantu mendeteksi aktivitas yang tidak biasa sebelum berkembang menjadi pelanggaran serius. Audit akses karyawan terhadap informasi sensitif juga dapat membantu mencegah akses yang tidak sah.

 

  1. Membangun Budaya Keamanan Utama

Ketahanan siber dimulai dari kepemimpinan. Dengan membangun pola pikir keamanan sebagai prioritas di seluruh organisasi, para pemimpin dapat menetapkan contoh bagi karyawan untuk memprioritaskan keamanan siber dalam aktivitas sehari-hari mereka.

 

Saat ancaman internal menjadi semakin canggih dan sulit dideteksi, perusahaan perlu memprioritaskan faktor manusia dalam strategi keamanan siber mereka. Pelatihan, kesadaran, dan pendekatan proaktif terhadap keamanan dapat membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktor internal, memastikan bahwa ancaman tidak datang dari dalam organisasi Anda.

 

Ketahanan siber tidak hanya soal teknologi ini soal manusia. Semakin cepat organisasi menyadari hal ini, semakin siap mereka menghadapi ancaman yang berkembang dari dalam.